Rabu, 27 Mei 2015

Ini Kata Guru DKI tentang Plus-Minus Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006

Ini Kata Guru DKI tentang Plus-Minus Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006 - 1
Jakarta - Mendikbud Anies Baswedan menghentikan sebagian Kurikulum 2013 untuk sementara dan kembali ke Kurikulum 2006. Apa kata para guru SMA-SMK di Jakarta tentang plus minus kedua kurikulum itu? "Di Kurikulum 2013 itu sudah bisa belajar di mana saja. Itu saya yang suka, di inovasi Kurikulum 2013 ini. Kalau balik lagi ke 2006 berarti ulang lagi. Kami nggak mau ganti kurikulum kok. Kalau guru yang suka inovasi pasti suka Kurikulum 2013, kalau yang malas ya belum tentu," kata Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMA Budi Waluyo Kebayoran Baru, Heru Istiawan, saat berbincang dengan detikcom di kantor Disdikbud DKI Jakarta di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (10/12/2014). Di Jakarta, menurutnya, tak ada kendala berarti tentang belajar di mana saja. Karena infrastruktur teknologi informasi di ibu kota negara ini cukup mumpuni. "Tapi yang baru mulai pasti kendala, bagi anak-anak pedalaman yang kurang IT. Tapi sekarang guru-guru jadi tugas cari di internet, sekolah saya sudah 1,5 tahun jalan, sekolah kami sudah ada wifi, kita sudah ada di Jakarta. Sebenarnya di Kurikulum 2006 sudah ada (cari tugas di internet)," jelas Heru. Sedangkan atasan Heru, Kepala Sekolah SMK Budi Waluyo, Sudiyono, menambahkan bahwa Kurikulum 2013 kelebihannya adalah pada buku ajarnya. Buku ajar Kurikulum 2013 tidak mesti beli, namun siswa bisa mendapatkan soft copy, memfoto kopi atau bahkan mencetak sendiri. "Ada yang beli tapi belum turun, tapi kan banyak cara untuk buku itu difotokopi atau di-print, karena negeri pas turun itu buku, kita diberikan CD untuk print sendiri," imbuh Sudiyono. Sedang yang agak merepotkan adalah sistem penilaian rapor Kurikulum 2013. Tak cuma angka, tapi guru harus memaparkan dalam kalimat mengenai perkembangan hasil belajar anak didiknya. "Selain angka, ada deskripsi pencapaian anak itu selama pendidikannya. Penilaian pribadi itu ada 4 kategori, nanti diambil yang sering muncul bukan di rata-rata. Membebani atau tidak, setiap kurikulum berganti itu pasti membebani. Tapi kan namanya tuntutan buat kita, tapi beban sih nggak juga," aku Sudiyono. Banyaknya kategori nilai rapor yang harus diisi dalam sistem Kurikulum 2013 juga dinyatakan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMK Negeri 43 Jakarta, Nina Sumartini. "Memang agak ribet dalam penilaiannya saja, itu yang menurut kami ingin disempurnakan, lalu tiba-tiba ada penghentian. Tapi kalau saya pribadi itu bagus tetap dilaksanakan. Kalau saya bisa beri masukan yang baik, itu direvisai penilaiannya karena sangat banyak. Penilaian sikapnya saja sampai 10, belum pengetahuan dan lainnya, penilaian komponen begitu banyak," jelas Nina saat berbincang dengan detikcom hari ini. Selain nilai, Nina mengatakan beberapa anak didiknya ada yang tampak terbebani dengan Kurikulum 2013. Sebabnya, di Kurikulum 2013, tuntutan membuat tugas makin banyak. "Kelas X ada beberapa anak yang mengeluh dan ada 1 anak sempat down, karena Kurikulum 2013 memforsir anak untuk mengerjakan tugas. Tapi anak butuh penyesuaian, lalu jatuh sakit, tapi selanjutnya sudah bisa menyesuaikan dan terbiasa dengan tugas-tugas yang banyak. Anak-anak yang rajin memang mau kurikulum ini, beda dengan anak-anak yang tujuannya lain. Ini melatih kecerdasan dia dalam belajar," jelas Nina. Nina menyayangkan Kurikulum 2013 disetop karena sudah ada biaya dan anggaran yang dikeluarkan untuk melaksanakan Kurikulum 2013 ini. Positifnya, Kurikulum 2013 ini tak lagi membenani siswa tentang buku. "Dan terus terang saja Kurikulum 2013 itu bagusnya sekolah tidak lagi memikirkan masalah buku, karena sudah didrop dari pusat dan tidak membeli lagi dari luar. Sekolah saya tidak telat bukunya. Kalau kemarin 2006 itu penjual buku-buku di luar kembali lagi, kalau sekarang buku didrop dari pusat," jelas Nina.

Mendikbud Anies: UN Komputer Rute Masa Depan Ujian Bersama di Indonesia

Mendikbud Anies: UN Komputer Rute Masa Depan Ujian Bersama di Indonesia - 1
Depok - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merintis Ujian Nasional (UN) berbasis komputer (Computer Based Test/CBT) untuk SMP-SMA mulai tahun ini. Sistem ini adalah gambaran masa depan pendidikan di Indonesia yang melibatkan teknologi digital. "Jadi saya melihat ini adalah rute ujian menuju masa depan ujian bersama di Indonesia. Fasilitas harus dipikirkan," jelas Mendikbud Anies Baswedan. Namun, Anies buru-buru menambahkan, jangan sekolah berpikir membeli komputer hanya untuk tujuan menggelar UN. Komputer harus dipikirkan sebagai bagian dari sarana belajar, bukan hanya alat mengadakan UN. Bagaimana serba-serbi UN berbasis komputer ini? Berikut wawancara lengkap dengan Mendikbud Anies Baswedan di sela meninjau uji coba UN berbasis komputer di SMAN 1 Depok, Jl Nusantara Raya, Depok, Jawa Barat, Kamis (2/4/2015): Sistem UN berbasis komputer (Computer Base Test/CBT) ini bagaimana, Pak? Hari ini kita cek di lapangan dan saya tanya ke anak-anak ini seperti apa. Ada yang mengatakan dengan ujian pakai komputer tidak perlu ngebuletin dan temuan di lapangan ternyata ada penghematan waktu 30 menit dari 2 jam. Tapi tadi ada juga (siswa) yang mengatakan kalau ujian di kertas bisa coret-coret di kertasnya. Makanya itu tadi kita pastikan bisa disiapkan kertasnya. Terus soal kejujuran, dengan digunakan komputer maka ujian bisa jauh lebih berintegritas. Satu komputer dengan komputer lain soalnya berbeda. Kita juga pastikan setiap jawaban yang ditulis diberi tanda dan diberi jawaban, harapannya mereka bisa memiliki catatan. Bagi operator yang mengelola server juga tahu bila ada masalah diperiksanya seperti apa, di monitor satu per satu. Jadi saya melihat ini adalah rute ujian menuju masa depan ujian bersama di Indonesia. Mudah-mudahan makin hari makin banyak yang pakai komputer, fasilitas harus dipikirkan. Tapi saya harus garis bawahi, jangan memikirkan pengadaan komputer karena ujian nasional, pengadaan komputer itu untuk proses pembelajaran, di samping bisa dipakai untuk ujian. Mau tidak mau kita memasuki dunia digital, jadi memang ke depan kita lebih memanfaatkan digital. Sistem UN berbasis komputer ini kalau misalnya listrik putus bagaimana? Bila terputus, mudah-mudahan tidak, kita minta ke PLN jaga secara khusus untuk memastikan aliran listrik yang baik. Tapi kalau sampai terjadi mati listrik, sistem ini sudah dirancang untuk merekam semua yang dikerjakan. Jadi dia tidak dari nol, tapi mulai mengerjakan dari dia tadi berada. Begitu juga jika terjadi hang, semua sudah direkam dan bisa mulai lagi dari titik terakhir mengerjakan. Lalu soal waktunya, tiap-tiap meja lain. Artinya mereka punya waktu 2 jam, artinya 2 jam bukan dari guru tapi 2 jam dari dia log in. Jadi ketika itu mati ya dimulai dari sisa waktu yang msih ada, jadi akurasi lebih terjamin. Ada jaminan mencegah kebocoran soal dengan sistem berbasis komputer ini? Iya jauh lebih mudah, karena kalau ada perubahan soal bisa dilakukan dengan cepat. Misal ada kabar soal bocor maka bisa diganti dengan sangat cepat dengan soal yang lain. Kalau kertas nggak bisa, harus dicetak, didistribusikan, yang kejadian di mana, yang cetak di mana. Kalau ini bisa dilakukan cepat. Mengapa jumlah sekolah yang mengikuti sistem UN berbasis komputer ini sedikit? Kita ingin melakukan perubahannya bertahap. Jangan seperti Kurikulum 2013 yang langsung dilaksanakan di seluruh Indonesia dalam tempo seceptnya tapi menimbulkan banyak masalah. Justru ini kita ingin try out, seperti uji coba, melihat 585 sekolah, apa masalahnya, kita lihat, apa yang bisa kita perbaiki. Kita tidak ingin sesuatu yang baru, belum dicoba sudah dilaksanakan di seluruh sekolah. Jadi 585 ini sebagai awal, kalau berjalan baik, tahun depan kita bisa lebih besar. Yang menarik dengan sistem ini waktunya bisa dilaksanakan lebih lama. Jadi kalau ujian sekarang misalnya 4 hari, 5 hari, kalau pake CBT waktu lebih panjang jadi tidak mesti selesai cepat, karena satu dan lainnya mengerjakannya berbeda. Jadi kita berharap penyelenggaraan UN ini bisa membuat suasana lebih tenang tidak perlu ada ketegangan yang aneh karena periode waktunya cukup longgar. Evaluasi hari ini hasil tinjuan terhadap sistem CBT bagaimana? Dari sisi peralatan, sistem ini tidak membutuhkan hardware yang rumit, ini sederhana. Tidak perlu komputer baru, komputer lama itu bisa dipakai. Jadi tidak perlu ganti komputer hanya karena mau ikut UN. Iya jauh lebih mudah, karena kalau ada perubahan soal bisa dilakukan dengan cepat. Misal ada kabar soal bocor maka bisa diganti dengan sangat cepat dengan soal yang lain. Kalau kertas nggak bisa, harus dicetak, didistribusikan, yang kejdian di mana, yang cetak di mana. Kalau ini bisa dilakukan cepat. Mengapa jumlah sekolah yang mengikuti sistem UN berbasis komputer ini sedikit? Kita ingin melakukan perubahannya bertahap. Jangan seperti Kurikulum 2013 yang langsung dilaksanakan di seluruh Indonesia dalam tempo seceptnya tapi menimbulkan banyak masalah. Justru ini kita ingin try out, seperti uji coba, melihat 585 sekolah, apa masalahnya, kita lihat, apa yang bisa kita perbaiki. Kita tidak ingin sesuatu yang baru, belum dicoba sudah dilaksanakan di seluruh sekolah. Jadi 585 ini sebagai awal, kalau berjalan baik, tahun depan kita bisa lebih besar. Yang menarik dengan sistem ini waktunya bisa dilaksanakan lebih lama. Jadi kalau ujian sekarang misalnya 4 hari, 5 hari, kalau pake CBT waktu lebih panjang jadi tidak mesti selesai cepat, karena satu dan lainnya mengerjakannya berbeda. Jadi kita berharap penyelenggaraan UN ini bisa membuat suasana lebih tenang tidak perlu ada ketegangan yang aneh karena periode waktunya cukup longgar. Evaluasi hari ini hasil tinjuan terhadap sistem CBT bagaimana? Dari sisi peralatan, sistem ini tidak membutuhkan hardware yang rumit, ini sederhana. Tidak perlu komputer baru, komputer lama itu bisa dipakai. Jadi tidak perlu ganti komputer hanya karena mau ikut UN.Iya jauh lebih mudah, karena kalau ada perubahan soal bisa dilakukan dengan cepat. Misal ada kabar soal bocor maka bisa diganti dengan sangat cepat dengan soal yang lain. Kalau kertas nggak bisa, harus dicetak, didistribusikan, yang kejdian di mana, yang cetak di mana. Kalau ini bisa dilakukan cepat. Mengapa jumlah sekolah yang mengikuti sistem UN berbasis komputer ini sedikit? Kita ingin melakukan perubahannya bertahap. Jangan seperti Kurikulum 2013 yang langsung dilaksanakan di seluruh Indonesia dalam tempo seceptnya tapi menimbulkan banyak masalah. Justru ini kita ingin try out, seperti uji coba, melihat 585 sekolah, apa masalahnya, kita lihat, apa yang bisa kita perbaiki. Kita tidak ingin sesuatu yang baru, belum dicoba sudah dilaksanakan di seluruh sekolah. Jadi 585 ini sebagai awal, kalau berjalan baik, tahun depan kita bisa lebih besar. Yang menarik dengan sistem ini waktunya bisa dilaksanakan lebih lama. Jadi kalau ujian sekarang misalnya 4 hari, 5 hari, kalau pake CBT waktu lebih panjang jadi tidak mesti selesai cepat, karena satu dan lainnya mengerjakannya berbeda. Jadi kita berharap penyelenggaraan UN ini bisa membuat suasana lebih tenang tidak perlu ada ketegangan yang aneh karena periode waktunya cukup longgar. Evaluasi hari ini hasil tinjuan terhadap sistem CBT bagaimana? Dari sisi peralatan, sistem ini tidak membutuhkan hardware yang rumit, ini sederhana. Tidak perlu komputer baru, komputer lama itu bisa dipakai. Jadi tidak perlu ganti komputer hanya karena mau ikut UN.Kita ingin setelah uji coba ini selesai dibuat review dan evaluasinya dan kita serahkan ke guru dan kepala sekolah. Kalau ada kebocoran soal dengan sistem ini bagaimana? Kalau pakai sistem ini sulit ngebocorinnya. Imbauan untuk guru, sekolah dan orang tua agar tak percaya bocoran soal UN? Di Indonesia sudah puluhan tahun ada yang menawarkan masuk sekolah, masuk universitas, selalu ada yang menawarkan. Ada orang yang tak berbuat tapi menawarkan jasa, maka dari itu tak usah diterima. Bagi orang tua tidak perlu itu semua, karena kita akan buka, justru mendeteksi problem ujian berbasis komputer. Jadi nanti penawar-penawar jasa itu tahun penghabisan mereka bisa membohongi orang tua. Orang tua akan belajar, sesudah itu mereka akan menjadi profesi yang punah di negeri ini.