Kamis, 11 Juni 2015

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL (KEBUDAYAAN)

2.1 Pengertian Kebudayaan 
Budaya meupakan istilah yang banyak dijumpai dan digunakan hampir dalam setiap aktivitas sehari-hari. Hal ini merupakan bahwa budaya begitu dekat dengan lingkungan kita. Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan,dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktivitas manusia-manusia untuk mengolah dan mengubah alam. 
Dari bahasa Indonesia (Sangsekerta) “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “Budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. 
Definisi memiliki banyak arti yang berbeda namun memiliki prinsip yang sama yaitu mengakui adanya ciptaan manusia, meliputi prilaku dan hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tata kelakuan yang diperoleh dengan belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 
Di dalam masyarakat kebudayaan diartikan “the general body of the art” yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filsafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup atau segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkrit dan abstrak. 
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa budaya itu berkaitan dengan tiga kata kunci yang mencangkup (1) gagasan, (2) prilaku, dan (3) hasil karya manusia. Sebagai pedoman pembahasan, pengertian kebudayaan yakni merupakan program bertahan hidup dan adaptasi suatu kelompok dengan lingkungannya. Program budaya terdiri dari pengetahuan, konsep dan nilai- nilai yang dimiliki oleh anggota kelompok melalui sistem komunikasi. Esensi budaya bukan pada benda, alat atau elemen budaya yang terlihat lainnya namun bagaimana kelompok menginterprentasikan, menggunakan dan merasakannya. 

2.2 Proses Perkembangan Kebudayaan 
Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan memilki eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang mampu mempengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan kebudayaan. 
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok tidak akan terhindar dari pengaruh pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adaya kontak-kontak antar kelompok atau melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu apabila kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang dihadapinya. Pengadopsian tersebut diprngaruhi oleh faktor-faktor fisikal, seperti iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Perkembangan zaman juga mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut semua kelompok sosial akan bergeser baik itu secara lambat maupun cepat yang akan menimbulkan antara kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dan yang tidak menghendaki perubahan. 
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan suatu kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak belakang dengan perilaku yang dianut didalam kelompok sosialnya.Yang diperlukan disini adalah kontrol sosial yang ada dimasyarakat, yang menjadi suatu “cambuk” bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai. 

2.3 Unsur-unsur Kebudayaan 
E.B.Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai konpleksitas hal yang meliputi pengetahuan, kepercaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam konteks teori komunikasi yaitu sebagai keselurahan sistem simbol (Bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai tingkat memungkinkan dan mengatur komukasi. Hal ini karena manusia adalah Homo simbolicum. Unsur unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah sebagai berikut: 
1. Sistem religi dan ucapan keagamaan 
Kepercayaan manusia terhadap adanya sang pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa. 
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi dan bersatu. 
3. Sistem pengetahuan 
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memilki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula. 
4. Bahasa 
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk memprmudah komunikasi antar manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahsa Inggris. 
5. Kesenian 
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan fisikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan. 
6. Sistem mata pencaharian hidup 
Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih. 
7. Sistem teknologi dan peralatan 
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. 

2.4 Sifat-sifat Kebudayaan 
Kendati kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan memiliki ciri dan sifat yang sma. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Dimana sifat-sifat budaya itu memilki ciri-ciri yang sama bagi setiap kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku bagi setiap budaya dimanapun juga. Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut, antara lain: 
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia. 
2. Budaya telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usua generasi yang bersangkutan. 
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dlam tingkah laku. 
4.Budaya mencakup peraturan-peraturan yang berisi kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan, yang diterima atau ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diijinkan. 
Sifat hakiki tersebut menjadi ciri setiap budaya. Akan tetapi, apabila seseorang atau sekelompok orang yang memahami sifat hakiki yang esensial, terlebih dahulu ia harus memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada didalamnya. 

2.5 Budaya dan Non Budaya 
Yang membedakan budaya dengan non budaya adalah hal-hal yang non budaya mencangkup benda yang keberadaannya sudah ada dengan sendirinya atau ciptaan Tuhan yang tidak/belum mendapat sentuhan aktivitas manusia (Benda-benda alamiyah seperti batu, pohon, gunung, tanah). Sementara itu, budaya mencangkup sesuatu yang keberadaannya sudah dapat sentuhan tangan manusia misalnya patung marmer, bonsai, bangunan, aturan maka, dan lain-lain. Jadi, batu dan kayu dapat dipandang sebagai non budaya bila didapatkan apa adanya sebagai batu gunung dan pepohonan, namun menjadi sebuah benda budaya bila mendapat campur tangan manusia. 

2.6 Budaya dan Lingkungan 
Pada dasarnya kita tidak bisa lepas dan terpisah dari lingkungan kita. Pada dasarnya kelompok sosial merupakan kolektivitas manusia yang kurang lebih permanen yang hidup bersama dan berinteraksi dan berbagai lingkungan yang mengitari dirinya. Kelompok sosial bertahan hidup dengan beradaptasi dengan mengubah lingkungannya. Pengetahuan, ide, dan keterampilan yang memungkinkan suatu kelompokuntuk bertahan hidup dapat dipandang sebagai program bertahan hidup atau budaya. Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok tergantung pada jenis lingkungan yang dihadapi kelompok. 
Pertama, ada ligkungan geografis, atau habitat fisik. Lingkungan ini memberikan keunikan alamiah dimana kelomok sosial itu beradaptasi dengan atau mengubah lewat teknoginya. 
Kedua, anggota kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Kelompok sosial sebagai satu kesuluruhan memiliki kelompok lain sebagai tetangga yang akan membentuk lingkungan sosial dengan mana mereka juga berinteraksi. Beberapadari kelompok ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka, sedangkan yang lain lebih berjarak. Dalam skala dunia, kelompok sosial utama seperti negara hidup dalam lingkungan sosial regional global dan harus beradaptasi dengan negara lain. Bagian budaya sebagian besar tersusun dari semua kebiasaan dan aturan yang memungkinkan semua skala interaksi yang berbeda ini dilakukan. 
Ketiga, ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkannya karena tidak terlihat atau berinteraksi dalam dunia ini. Namun kenyataannya jutaan manusia dan sangat mempengaruhi hidup. Asalnya terletak pada apa yang difikirkan terhadap dorongan manusia yang mendasar ( a basic human drive) atau kebutuhan universal untuk menentukan makna dan penjelasan dalam hidupnya. Satu cara untuk memuaskan kebutuhan akan makna ini adalah mengembangkan keyakinan bahwa hidup ditentukan oleh sesuatu yang lebih tinggi, yang adanya di luar umat manusia, seperti Tuhan atau hal-hal super natural lainnya. 
Tanpa memasukkan lingkungan metafisik dalam pembahasan ini, sulit untuk memahami secara utuh mengapa beberapa kelompok sosial hidup sebagaimana mereka lakukan. Misalnya, suku Badui di Jawa Barat yang lebih menghargai kakinya untuk diberi bantal ketika tidur daripada kepalanya karena memandang bahwa kaki lebih digunakan untuk menopang seluuh anggota tubuh mereka. Hal esensial tentang praktek ini dan berbagai tempat lain di dunia ini adalah bahwa lingkungan metafisik yang demikian itu nyata bagi yang mempercayainya seperti halnya Allah bagi orang Islam dan Yesus bagi orang Nasrani. 

2.7 Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan 
Budaya yang di kembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakat yang tampak dari luar, artinya orang asing dapat melihat kekhasan budaya suatu daerah/kelompok. Dengan menganalisa pengaruh dan akibat budaya dan lingkungan, seseorang dapat mengetahui suatu lingkungan berbeda dengan lingkungan yang lainya dan tentu menghasilkan kebudayaan yang berbeda. 
Beberapa Variavel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan: 
1. Physical Environtment, menunjuk kepada lingkungan natural 
2. Cultural Social Environment, Meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi 
3. Environmental Orientation and Representation, Mengacu kepada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya. 
4. Enviromental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan social 
5. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas,dan sebagainya. 
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai, dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainya.


By: Isna Chaerany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar