Kamis, 11 Juni 2015

Sejarah Kebudayaan Islam

Dinasti Kecil di bagian Timur Baghdad 
a. Thahiriyyah di Khurasan 
Thahiriyyah berasal dari nama Thahir Ibn al Hasan keturunan dari Mawla Persia. Setelah jatuhnya Baghdad, dia menjadi gubernur kota itu dan Aljazair. Dia diangkat menjadi gubernur Persia dan Timur dengan status otonomi luas dengan ibukota di Khurasan. Hubungan dengan Baghdad hanya mengirim pajak setiap tahunnya. 
Thahiriyyah adalah penganut ortodiksi Sunni yang menjadi mazhab mayoritas, sehingga apapun yang dilakukannya mendapat dukungan dari para juragan tanah dan militer Iran dan Arab. Dukungan inilah yang menjadikan kekuasaan Thahiriyyah di Khurasan Makin mantap. 
Upaya politik dan militer utama Thahiriyyah di Khurasan bertujuan mengendalikan da’i-da’I Syiah di provinsi Caspia dan juga memerangi tumbuhnya kekuasaan Shaffariyyah di Sistan, namun dalam hal terakhir ini mereka gagal. 

b. Saffariyyah di Fars 
Dinasti ini didirikan oleh Ya’qub bin Lais As Saffar, seorang pemimpin kelompok Khawarij di provinsi Sistan. Dinasti Saffariyyah di bawah kepemimpinan Amr bin Lais berhasil melebarkan wilayah kekuasaannya sampai ke Afganistan Timur. Pada masa itulah kekuasaan dinasti ini mencapai puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Setelah penguasa terakhir dinasti Saffariyyah meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan dinasti ini di Sistan. 

c. Samaniyyah di Transoxiana 
Dinasti ini didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang bangsawan Balkh (Afganistan Utara). Tahun 875 M, Nasir Ibn Ahmad menjadi gubernur di seluruh Transoxiana dan bekerja keras untuk mempertahankan wilayah subur itu dari serangan suku Turki yang berdiam di Stepa-Stepa. Setelah mengamankan batas provinsi dari serangan kafir dan berkat pemerintahan dalam negri yang baik, Bani Samaniyyah memperoleh basis yang kuat bagi kekuasaan mereka. 
Pada tahun-tahun pertengahan terlihat ketidakstabilan. Puncaknya ketika dinasti ini direbut oleh Qarakhaniyyah dan Ghazwaniyyah hingga mengakibatkan Ismail al Muntashir terbunuh. 

d. Buwaihiyyah di Persia dan Irak 
Dinasti ini didirikan oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi. Perjalanan dinasti ini terbagi dalam dua periode. Periode pertama merupakan periode pertumbuhan dan konsolidasi, sedangkan periode kedua adalah periode defensive, khususnya di wilayah Irak dan Iran Tengah. Dinasti Buwaihiyyah mengalami perkembangan pesat ketika dinasti Abasyiah di Baghdad mulai melemah. Dinasti ini mengalami kemunduran dengan adanya pengaruh Tugril Beg dari dinasti Saljuk. 

Dinasti Kecil di bagian Barat Baghdad 
a. Dinasti Idrisy di Maroko 
Dinasti ini didirikan oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan merupakan dinasti pertama yang beraliran Syiah, terutama di Maroko dan Afrika Utara. Dinasti Idris mulai mencapai kejayaannya ketika Yahya IV memimpin. Ketentraman pulih kembali, keadilan merata, kota Fenz pun menjadi makmur dengan kegiatan perdagangannya dan gedung-gedungnya yang indah. Dinasti Idris berperan dalam menyebarkan budaya dan agama Islam ke bangsa Barbar dan penduduk asli. Dinasti ini runtuh setelah ditaklukkan oleh dinasti Fatimiyyah dengan memaksa Idris memenuhi perdamaian yang kemudian dijadikan tahanan. 

b. Dinasti Aglaby di Tunis 
Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim bin al Aghlab, seorang panglima dari Khurasan. Aghlabiyyah berperan dalam mengganti bahasa latin dengan bahasa Arab serta menjadikan Islam agama mayoritas. Dinasti ini berhasil menduduki pulau Sycilia dan Malta yang semula dikuasai oleh Italia dan berhasil membangun armada untuk menahan serangan Byzantum. Selain itu dinasti ini berhasil membangun sebuah peradaban berupa Masjid di Qairuwan. Dinasti Aglaby berakhir setelah ditaklukkan oleh dinasti Fatimiyyah. 

c. Dinasti Ibnu Tulun di Mesir 
Dinasti Tulun adalah dinasti Islam yang masa pemerintahannya paling cepat berakhir. Pendiri dinasti ini adalah Ahmad bin Tulun, putra seorang Turki yang diutus oleh gubernur Transoxania membawa upeti ke Abasyiah. Keberhasilan Ahmad bin Tulun dilatarbelakangi oleh kondisi yang melanda negeri ini ketika ia masuk di mana Mesir terbagi atas wilayah-wilayah kecil yang dikuasai oleh beberapa orang yang tidak terjalin persatuan. Ditambah dengan kerusuhan yang ditimbulkan oleh orang Khawarij dan gencarnya propaganda orang Alawiyin. Namun karena bagusnya militernya segala bentuk kerusuhan bisa dipadamkan. Dinasti ini berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan dinasti Abasyiah dan setelah Khalifah Syaiban bin Tulun Terbunuh. 

d. Dinasti Ikhsyidi di Mesir 
Dinasti ini didirikan oleh Muhammad bin Tushj. Ia mendapat gelar Ikhsyidi karena keberhasilannya mengatasi huru hara yang melanda Mesir. Dengan kebijakannya yang ditempuh untuk memberikan ketentraman pada rakyat, maka ia mendpat sambutan sehingga ia dapat meningkatkan perekonomian Mesir dengan makmur. Selain itu ia mendapat pujian kehormatan dari Pangeran perang Romawi atas kegigihan dalam membangun armada perangnya. Ketika Ikhsyidi meningal dunia, kekuasaannya digantikan oleh Kafur al Ikhsyidi, guru dari Ikhsyidi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar